einstein

einstein
keren

Jumat, 05 November 2010

PENGEMBANGAN JAGAT RAYA


PENGEMBANGAN JAGAT RAYA
Selama berabad-abad, para astronom berusaha menemukan jawaban tentang pembentukan alam semesta. Salah satu model alam semesta yang pernah dicetuskan para ahli adalah Model Alam Semesta Berosilasi. Menurut model ini, pengembangan alam semesta saat ini akan berbalik pada suatu waktu menjadi pengerutan. Pengerutan ini menyebabkan segala sesuatu runtuh menjadi satu titik tunggal yang selanjutnya meledak lagi dan memulai pengembangan baru. Siklus ini akan berulang dalam waktu tak terbatas. Dengan kata lain, alam semesta ada selamanya dan mengalami siklus mengembang-runtuh berulang-ulang. Namun, hasil riset selama 15-20 tahun menunjukkan alam semesta berosilasi tidak mungkin terjadi. Hukum fisika tidak dapat menerangkan mengapa alam semesta yang mengerut dan runtuh dalam satu titik tunggal harus mengembang lagi atau bahkan lebih jauh, mengapa alam semesta yang mengembang harus mengerut lagi.

Model yang kedua adalah Model Alam Semesta Kuantum. Pendukung model ini mendasarkannya pada pengamatan fisika kuantum. Dalam fisika kuantum, diamati bahwa partikel-partikel subatomik muncul dan menghilang secara spontan dalam ruang hampa. Pembentukan alam semesta dianalogikan seperti itu, alam semesta dianggap sebagai partikel subatomik di dalam partikel yang lebih besar. Artinya, alam semesta berkelakuan sama seperti partikel subatomik yang muncul spontan dari ketiadaan. Model ini kurang dapat diterima karena dalam fisika kuantum yang dimaksud ruang hampa adalah lautan partikel yang terus-menerus terbentuk dan hilang, energi lingkungan tiba-tiba menjadi materi dan tiba-tiba menghilang menjadi energi lagi. Hal tersebut bukan ketiadaan, jadi tidak ada kondisi keberadaan dari ketiadaan seperti yang tersirat dalam model ini.

Model yang ketiga adalah Model Dentuman Besar (Big Bang). Kita pasti pernah mempelajarinya di smp kedipMenurut model ini, pada suatu saat, semua materi di dalam alam semesta terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai volume nol karena gaya gravitasinya sangat besar. Alam semesta yang ada sekarang muncul dari ledakan massa yang mempunyai volume nol tersebut. Ledakan itulah yang dikenal dengan “Big Bangâ€
. Model Big Bang mulai dirintis sejak ditemukannya perhitungan oleh Alexandra Friedman, seorang ahli fisika Rusia, pada tahun 1922, yang menunjukkan ketidakstatisan struktur alam semesta dan impuls kecil pun mungkin cukup menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein.

Astronom Belgia, George Lemaitre, adalah orang pertama yang menyadari arti perhitungan tersebut. Menurutnya, alam semesta mempunyai permulaan dan pengembangannya akibat sesuatu yang telah memicunya. Kemudian, pada tahun 1929, astronom Amerika, Edwin Hubble, menemukan bahwa cahaya bintang-bintang bergeser ke arah ujung merah spektrum dan pergeseran tersebut berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Artinya, bintang-bintang itu bergerak menjauh dari bumi. Selain itu, ia juga menemukan bahwa bintang-bintang saling menjauh satu sama lain. Satu-satunya kesimpulan dari temuannya adalah alam semesta konstan mengembang.

Bukti selanjutnya yang mendukung model Big Bang adalah ditemukannya radiasi latar belakang kosmik oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965. Ditemukannya radiasi ini semakin menguatkan kebenaran model Dentuman Besar karena jika alam semesta memang terbentuk dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah radiasi yang ditinggalkan akibat ledakan tersebut. Radiasi itu harus bisa dideteksi dan harus sama di seluruh alam semesta. Radiasi latar belakang kosmik yang berhasil diamati kedua peneliti tersebut berbeda dengan radiasi lain karena seragam dan tersebar merata di alam semesta. Selanjutnya pada tahun 1989, George Smoot dan tim NASA meluncurkaan satelit dengan instrumen COBE (Cosmic Background Emission Explorer). Hanya dibutuhkan waktu delapan menit untuk mendeteksi tingkat radiasi yang diamati Penzias dan Wilson.

Bukti lainnya adalah jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Pengamatan menunjukkan bahwa jumlah hidrogen dan helium di alam semesta sesuai dengan perhitungan teoritis bila Dentuman Besar terjadi. Seiring dengan perkembangan model ini, muncul dua pertanyaan, Apa yang sudah ada sebelum Dentuman Besar terjadi ? dan Kekuatan apa yang telah menyebabkan Dentuman Besar hinggal memunculkan alam semesta yang tidak ada sebelumnya? Jawaban dari pertanyaan itu tidak sulit. Tuhan Yang Maha Tunggal, Allah SWT, yang telah ada sebelumnya dan menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya.

Menurut model Big Bang, setelah ledakan besar terjadi, gaya-gaya yang menopang dan mengatur alam semesta ini harus tepat karena kalau tidak, alam semesta tidak akan terbentuk. Dalam fisika modern disebutkan ada empat gaya dasar yang mengatur struktur dan gerakan dalam alam semesta, yaitu: 1. Gaya nuklir kuat (strong force): 15, 2. Gaya nuklir lemah (weak force): 7,03 x 10-3, 3. Gaya elektromagnetik: 3,05 x 10-12, 4. Gaya gravitasi: 5,90 x 10-39.

Di antara keempat gaya tersebut, gaya yang paling kuat adalah gaya nuklir kuat dan yang paling lemah adalah gaya gravitasi dengan perbandingan keduanya sekitar 25x1038 . Menurut ahli biologi molekuler Michael Denton, jika gaya gravitasi satu triliun kali lebih kuat, maka alam semesta jauh lebih kecil dan masa hidupnya lebih singkat, sebuah bintang memiliki masa hidup sekitar setahun. Jika gaya gravitasi kurang kuat, tidak ada bintang atau galaksi yang pernah terbentuk. Di sisi lain, jika gaya nuklir kuat sedikit lebih lemah, satu-satunya unsur yang akan stabil hanya hidrogen. Tidak ada atom lain yang bisa terbentuk. Namun, jika lebih kuat sedikit, maka inti atom yang terdiri dari dua proton menjadi yang paling stabil di alam semesta, tidak ada hidrogen, dan jika ada bintang atau galaksi yang terbentuk, maka akan sangat berbeda dengan yang sekarang. Kesimpulannya, alam semesta ini diatur dengan sempurna dan seimbang. Dan hanya Sang Pencipta yang dapat merancang dan mengatur keseimbangan alam semesta yang rumit ini kedip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar